Desember
Hujan setajam parut tanpa
kemudi
Memuara bejana laut menadah
sunyi
Lagu nun meramu lamun
Kau mengendap di kedap sepi
Mengasah khotbah-khotbah
seribu janji
Mungkin angin hendak menjaring
sayapmu basah
Dan kusimpan dering suaramu
resah
Dalam memorabilia angka masehi
Matahari menjelma udara
yang melukis langit seribu
rasi
Cahaya di ujung kalender yang
kian menepi
Desember,
Dan bunga-bunga pun mekar
Dalam getar gitar yang
berkelana
Di sepanjang jangkar dan
kerangka angka
Rumah Ladam, 29102012/19.11
Sebuah Pagi di Kaki Merapi
Dari
celah tanah ataukah jari api,
Kabut
ini lahir menyentuh hari?
Dari
hijau sawah ataukah legam matahari,
Embun
bratawali mengalir
teluh bagi kidung-kidung petani
Gadis
kecil berlari-lari ke sendang,
Membayangkan
bening lautan tanpa garam
Anak-anak
lembu lepas di padang.
Ataukah
pada sepi nyanyi
Para
penjagal sapi, kuas ini harus diakhiri?
Lukisan
telah sempurna
Sepasang
api bersiaga
Kulampirkan
kaki dan tangan anak-anakku,
Lava
yang kelak menjaga tanahmu
Menjadi
kehidupan, menawar kematian
Dari
sanalah aku akan terlahir kembali,
Dalam reinkarnasi
yang paling suci.
Rumah Ladam, Medio 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar