Minggu, 19 Januari 2014

Puisi Solopos, 19 Januari 2014



Desember

Hujan setajam parut tanpa kemudi
Memuara bejana laut menadah sunyi

Lagu nun meramu lamun
Kau mengendap di kedap sepi
Mengasah khotbah-khotbah seribu janji

Mungkin angin hendak menjaring sayapmu basah
Dan kusimpan dering suaramu resah
Dalam memorabilia angka masehi

Matahari menjelma udara
yang melukis langit seribu rasi
Cahaya di ujung kalender yang kian menepi

Desember,
Dan bunga-bunga pun mekar
Dalam getar gitar yang berkelana
Di sepanjang jangkar dan kerangka angka
                                    Rumah Ladam, 29102012/19.11


Sebuah Pagi di Kaki Merapi

Dari celah tanah ataukah jari api,
Kabut ini lahir menyentuh hari?
Dari hijau sawah ataukah legam matahari,
Embun bratawali mengalir
teluh bagi kidung-kidung petani

Gadis kecil berlari-lari ke sendang,
Membayangkan bening lautan tanpa garam
Anak-anak lembu lepas di padang.
Ataukah pada sepi nyanyi
Para penjagal sapi, kuas ini harus diakhiri?

Lukisan telah sempurna
Sepasang api bersiaga
Kulampirkan kaki dan tangan anak-anakku,
Lava yang kelak menjaga tanahmu
Menjadi kehidupan, menawar kematian
Dari sanalah aku akan terlahir kembali,
Dalam reinkarnasi yang paling suci.
                                             Rumah Ladam, Medio 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar