Jumat, 17 Januari 2014

Antologi 127 Penyair : Dari Sragen untuk Indonesia - Desember 2012



Di Sangiran
Sekali ini, kita seperti besi kendali
Memapah pedati melewati jembatan zaman
Kayu jati pelepah pandan
Menjadi saksi babad baru yang terburu

Kita seperti relung catatan yang bergerak
dalam tetulang. Tubuh yang telah membatu,
yang selalu mereka reka
kapan kita mampu berjalan membabat hutan
dengan raut gelombang pasang
Atau juga ketika menjemput takut ke dasar laut.

Kini kita karam dalam peti kaca yang  baka ini
yang telah menjadi rumah bagi sejarah yang singgah
di tubuh-tubuh beku, sirap-sirap masa lalu.

Betapa panjang perjalanan ini
Betapa lelah langkah kaki
Segera, bawa aku ke tanah leluhurku…


Manusia Purba
Ia percaya, di tapal batas mantra yang dirapalnya
Adalah doa yang berkelindan dari ketakutan
Pada bebatu yang menjadi muasal kelahiran
Pada laut yang menjadi muara kematian

Ia percaya pada darah pemburu yang mengalir di tubuhnya
Adalah resapan segala sungai yang menolak menjadi lerai
Sedang derai yang menjelma ngarai yang telah ia sanggupkan jelajahnya
Tak pernah ia tahu,
Dirinya adalah tadah bejana yang menjadi cikal makhluk sempurna.
Dengan lengannya yang baja, ditatahlah sejarah manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar